Monday, 5 May 2008

Bahasa Berita Radio

Bahasa Berita Radio

Siaran radio hanya menyuguhkan aspek audio sehingga masyarakat hanya bisa mendengar tanpa bisa melihat wajah dan ekspresi penyiar radio. Bahasa menjadi elemen yang penting dalam berita. Bayangkan bahwa pembaca itu berasal dari beragam strata. Bahasa berita di dalam radio sangatlah penting karena di dalam radio tidak ada media untuk melihatkan kejadian aslinya. Penyiar harus pandai membawakan berita, agar para pembaca dapat mudah memahami berita dan dapat dengan mudah untuk masuk ke dalam berita yang disampaikan, hal ini penyiar harus berbicara menggunakan unsur interest.

Suara adalah media kita untuk menyampaikan informasi kepada pendengar. Untuk itu jangan gunakan kata-kata yang kabur maknanya. Hindari kata-kata yang bunyinya berulang agar pendengar tidak bingung.

Misalnya: “Bangunan itu dibangun oleh kontraktor swasta” menjadi “Gedung itu dibangun oleh kontraktor swasta”

Hindari juga menggunakan kata-kata yang bunyinya mirip namun maknanya berbeda. Penggunaan tanda baca juga sangat penting. Seringkali terjadi, pada saat menyampaikan sesuatu, penyiar terhenti sejenak karena bingung hanya gara-gara penggunaan tanda baca pada naskah yang tidak tepat. Meski hanya sebentar, kesalahan ini akan diketahui oleh pendengar. Misalnya: “Anjing mengejar orang gila” jika tidak ditulis dengan tanda baca yang benar, bisa menjadi: “Anjing mengejar orang gila//” atau “Anjing mengejar orang/ gila//”

Meskipun merupakan media audio, naskah dan berita radio tidak lepas dari tulis menulis. Hanya saja teknik dan bentuk tulisannya sangat berbeda dengan pembuatan naskah berita media cetak.

Karena radio mengandalkan telinga pendengar yang kemampuannya terbatas, maka tulisan yang disampaikan harus singkat namun jelas. Dalam teori penulisan berita radio, disebut KISS - Keep It Short and Simple. Agar tidak kaku dan enak didengar, untuk menulis naskah berita radio harus menggunakan bahasa tutur atau bahasa percakapan.

Bahasa di dalam berita tidak boleh menggunakan kata-kata seperti capek deh, atau mengucapkan lafal seperti yang sekarang sedang musim yaitu lafal seperti Cinta Laura. Hal ini bisa membuat pembaca jadi tidak serius dalam mendengarkan berita, berita di dalam radio membutuhkan konsentrasi pendengar karena tidak ada unsur visualnya. Format bahasa radio mengasumsi adanya desain “bahasa tekstual” yang khusus dari dunia penyiaran. Kekhususan teksnya terkait dengan kepentingan masyarakat akan informasi dan hiburan yang auditif. Dunia radio mengenali bahasa siaran sebagai bahasa percakakapan, Hilangkan kata bersayap, berkabut bahkan klise dan bukan bahasa teks yang dibaca, tapi audio yang di dengar telinga. Jika narasumber memberikan keterangan dengan kalimat-kalimat klise, seorang reporter yang baik akan menerjemahkan perkataan narasumber itu dengan kalimat-kalimat sederhana.

Agar jelas tampilan beritanya biasanya penulis berita radio Menghidari kata sifat. Menulis berita dengan kata sifat cenderung menggurui pembaca. Pakailah kata kerja. Menulis berita adalah menyusun fakta-fakta. Kata "memilukan", misalnya, tidak lagi menggugah pembaca dibanding menampilkan fakta-fakta dengan kata kerja dan contoh-contoh.

Penulisan naskah untuk disiarkan di radio secara teknis berbeda dengan cara penulisan di media massa cetak. Perbedaan utamanya, naskah berita radio harus menggunakan bahasa tutur atau bahasa percakapan (conversational langguage) dengan mengunakan kata-kata yang biasa diucapkan sehari-hari dalam obrolan lisan (spoken words).

Prinsip Penulisan

Secara umum, prinsip penulisan naskah berita radio antara lain ringkas, jelas, sederhana dan mudah dimengerti, serta untuk diucapkan –bukan untuk dibaca.

Untuk memenuhi prinsip tersebut, kata-kata yang digunakan harus kata sederhana dan umum digunakan, penekanan (stressing) pada kata-kata yang penting -seperti nama atau istilah khusus, pembulatan angka-angka (misalnya 350.011 orang menjadi 350 orang lebih), pengucapan kata harus jelas, dan penggunaan kalimat aktif (misal: ribuan mahasiswa memprotes pemerintah, bukan pemerintah diprotes ribuan mahasiswa).

Seringkali seorang penulis naskah (scriptwriter) atau editor berita (news editor) sebuah stasiun radio hanya melakukan penulisan ulang (rewriting) dalam menyiapkan naskah. Dengan begitu, ia hanya mengubah “bahasa media cetak (bahasa tulis)” menjadi “bahasa media audio (bahasa lisan)”. Misalnya, Rp 20.000 = 20-ribu rupiah, Himpunan Mahasiwa Islam (HMI) = Himpunan Mahasiswa Islam -HMI, US$200 = 200 dolar Amerika Serikat.

Presenter berita adalah orang yang membawakan atau mengantarkan acara berita di televisi atau radio. Istilah ini biasa dipakai di industri televisi/radio di Indonesia dan merupakan padanan “penyiar berita” yang juga banyak dipakai di radio. Di dalam radio membutuhkan sebuah keahlian khusus untuk menjadi pembaca berita radio, seperti mengolah bahasa yang agak lain. Bagaimana mengolah bahasa untuk siaran bagi pendengar radio. Bagaimana mengisahkan suatu kejadian dengan cara menarik dan tidak monoton, mengabarkan informsi, dan membawa pendengar ke dalam suatu peristiwa. Ada juga hal-hal lain yang harus diperhatikan dalam penulisan berita radio diantaranya adalah:

- Tidak menggunakan kalimat majemuk

- Jangan menggunakan kata-kata negatif

- Jangan menggunakan kalimat pasif

- Jangan menggunakan kata-kata yang rumit diucapkan

- Tidak terlalu banyak menggunakan singkatan

- Tidak terlalu banyak menggunakan istilah asing

- Biasanya pangkat/titel/gelar tidak perlu digunakan, kecuali jika memang terkait erat dengan isi berita

- Ingat, satu berita satu cerita, satu kalimat satu ide

- Biasakan membuat lead atau kepala berita yang bisa menarik perhatian pendengar.

- Durasi berita jangan terlalu panjang

Ada tiga hal penting dalam penulisan berita yaitu accuracy, balance dan clarity.

Accuracy atau kecermatan adalah hal yang sangat mendasar dalam pembuatan berita radio. Kecermatan dan kehati-hatian dibutuhkan saat kita mencari fakta-fakta yang benar, baik fakta tentang suatu peristiwa, figur maupun nama-nama yang terlibat dalam sebuah berita.

Balance atau keseimbangan adalah unsur penting berikutnya yang harus diperhatikan dalam jurnalistik radio, jika kita tidak ingin kehilangan kredibilitas. Dalam berita atau liputan yang kita siarkan, setidaknya harus berisi pendapat semua pihak, atau disebut juga ‘cover both side’ terutama jika kasus yang kita angkat kontroversial.

Clarity bisa diartikan sebagai mudah dipahami atau jernih atau jelas. Lagi-lagi karena hanya mengandalkan audio, jurnalis radio dituntut untuk bisa menghadirkan berita yang jelas, tidak membuat bingung dan jangan sampai bisa menimbulkan multi tafsir bagi pendengar.

Beberapa broadcast style menyampaikan berita:

Khalayak hanya mendpatkan satu kesempatan untuk memahami berita, di sini menuntut pembaca untuk mengucapkan pelafalan dengan jelas, berita di dalam radio tidak dapat diulang. ZORA FM biasanya apabila melakukan kesalahan pengucapan mereka melaukanya saja apabila kesalahan itu tidak mengurangi unsur fakta di dalam berita, apabila hanya bobot beritanya saja yang berkurang mereka mengacuhkanya saja. Karena jarang sekali mereka menggunakan kata-kata “maksud kami” seperti di dalam televisi. Kejadian ini dapat di ciontohkan seperti “ seorang pemuda membunuh kakak kandungnya” terjadi kesalahan pengucapan menjadi “seorang pemuda dibunuh kakaknya sendiri” hal ini dapat mengakibatkan kesalahpahaman bagi para pembaca, dan dapat berakibat fatal. Apabila terjadi seperti ini para penyiar sngat menekankan pengucapan “maksud kami” agar para pembaca bisa yakin apabila itu salah. Tetapi kesalahan seperti jarang terjadi di dalam ZORA FM. Para penyiar sangat selektif dalam pengucapan kata-kata untuk berita yang disampaikanya. Yang bisa membuat bingung pendengar biasanya:

- Kalimat terlalu panjang

- Penggunaan istilah-istilah tekhnis tanpa penjelasan

- Terlalu banyak informasi yang disampaikan dalam satu kalimat

- Ide / gagasan yang sulit dipahami

Struktur pengisahanya berbeda. Penulisan naskah siaran berita radio tidak menggunakan neraca terbalik. Fakta-fakta tidak disusun dari bawah keatas, melainkan dari yang tidak penting dulu sampai ke pada bagian yang sangat penting, penyiar menggunakan penekanan-penekanan dalam mengucapkan berita yang penting tersebut. ZORA FM menerapkan hal tersebut didalam proses penyiaran beritanya.

Penulisan naskah menggunakan nada percakapan. Penulisan berita siaran tiak begitu seformal menulis media cetak menulis berita cetak. Yang ditulis ke dalam naskah ialah untuk menceritakan kepada seseorang yang belum tahu persis suatu peristiwa dibandingkan penyiar. Dalam hal ini penyiar tidak boleh melakukan kesalahan. Seperti yang diatas, berita di dalam radio membutuhkan konsentrasi yang tinggi buntuk pendengar, apabila melakukan kesalahan dapat mengacaukan perasaan pendengar yang sdah masuk atau merasakan suatu peristiwa.

Pada ZORA FM, penyiar menggunakan unsur-unsur yang terdapat diatas. Hal itu sangat ditekankan oleh pimpinan radio ZORA tersebut. Penyiar mengucapkan berita dengan caranya sendiri seperti “aduh, gangster mulai lagi” kalimat seperti ini sangat interest, sehingga pendengar pun tertarik untuk mendengarkanya. Tapi biasanya ZORA sangat jarang untuk memberitakan kasus kriminal, mereka lebih mengutamakan berita tentang pendidikan, seperti lingkungan hidup.

Berita pada ZORA FM biasanya menggunakan bahasa indonesia, walaupun terkadang menggunakan serapan dari bahasa sunda dan bahasa asing, tergantung dari acara berita tersebut. Apabila berita mengenai PERSIB mereka biasanya menggunakan bahasa sunda sebagai bahasa serapan. Radio ZORA sangat bagus dalam menarik pendengar untuk mendengarkan beritanya, dari bahasanya saja kita sudah keliatan betapa profesionalnya para penyiar yang ada di dalam radio ZORA.

Mereka jarang menggunakan bahasa yang rancu di dalam berita, mereka juga menseleksi kata-kata yang hendak diucapkan di dalam berita, sehingga di dalam pemberitaan jarang terjadi kesalahan-kesalahan dalam menyampaikan berita. Mereka juga jarang menggunakan majas-majas di dalam beritanya, karena bisa menimbulkan keraguan bagi para pendengar. Bahasa di dalam berita radionya tidak terlalu berat, yang dapat memudahkan pendengar mengerti berita tersebut.

Berita-berita yang diberikan biasanya berupa informasi atau tips-tips untuk memecahkan maslah. Informasinya seperti “kentut bisa menggambarkan suasana hati seseorang”. Berita ini menggunakan bahasa yang tidak begitu baku, yang biasanya berupa interaktif sama pendengar. Dengan adnya interaktif dalam penyampaian berita, maka berita itu akan bersifat menarik dan dapat merangsang para pendengar untuk menyimak penjelasan di dalam berita tersebut.

Disamping dengan danya hal tersebut ZORA tetap menjunjung bahasa indonesia yang baik dan beanar, karena di Jawa Barat tidak semuanya mengerti bahasa sunda, mereka lebih menggunakan sistem modernisasi dalam penyiaran, karena biasanya radio yang menyiarkan musik dangdut pendengarnya orang tua saja, ternyata dengan adnya modernisasi dalam bahasa mereka bisa membawa anak-anak muda untuk menjadi pendengar radio mereka.


1 comment:

cuzna said...

ehm.... kalau teori sih faham, tapi kalau sudah praktek beda lagi.. bagaimana sih, caranya agar bisa mempraktekannya,..?