Monday, 5 May 2008

Reporter

Reporter

Melakukan peliputan berita (news gathering) dilapangan dan melaporkannya kepada publik, baik dalam bentuk tulis untuk media cetak, ataupun secara lisan bila disampaikan melalui media elektronik seperti radio atau televisi. Hasil kerja dari seorang reporter baik yang berupa naskah tulisan ataupun lisan, pada umumnya harus melalui penyuntingan terlebih dahulu sebelum bisa disiarkan kepada publik.

Reporter adalah salah satu jenis jabatan kewartawanan yang bertugas melakukan peliputan berita (news gathering) di lapangan dan melaporkannya ke pada publik, baik dalam bentuk tulisan untuk media cetak atau dalam situs berita di internet, atau pun secara lisan, bila laporannya disampaikan melalui media elektronik radio atau televisi. Hasil kerja reporter, baik merupakan naskah tulisan ataupun lisan, umumnya harus melalui penyuntingan redaktur atau produser berita sebelum bisa disiarkan kepada publik

Istilah reporter sering disalahartikan dengan wartawan dan jurnalis. Wartawan adalah sejenis jurnalis yang mengadakan riset dan menampilkan informasi dalam jenis media massa tertentu.

Reporter biasanya memiliki gelar kolese. Ketika menyewa reporter, editor biasanya mempertimbangkan pekerjaaan sebelumnya, meskipun pekerjaan tersebut hanya ditulis untuk sebuah koran pelajar atau sebagai bagian dari internship.

Satu konsepsi umum yang salah adalah wartawan koran menulis berita tajuk utama untuk artikel mereka, namun biasanya yang menulis adalah copy editor.

Meskipun pekerjaan mereka dapat membuat mereka sebagai celebrities kecil, namun kebanyakan reporter hanya mendapatkan gaji yang rendah. Di Amerika Serikat lulusan kolese yang baru lulus umumnya mendapat US$ 20.000 per tahun atau kurang.

Reporter menyebarluaskan informasi yang jelas kepada masyarakat mengenai kejadian atau peristiwa-peristiwa penting yang terjadi dibelahan dunia manapun. Reporter membuat penguasaan materi sendiri tentang berita yang akan ia ”kupas”, mengumpulkan sendiri informasi sebanyak-banyaknya, dan kemudian menyerahkannya pada bagian desk yang akan menyunting isi dari berita tersebut sehingga layak untuk dikonsumsi oleh publik. Intention Memberikan informasi kepada masyarakat tentang suatu masalah atau peristiwa tertentu yang dapat dipublikasikan (dimuat) dimedia massa. Informasi yang dimaksud disini bisa berupa berita, padangan atau opini, serta fakta. Dari informasi yang ditulis ini, masyarakat luas dapat lebih memahami dengan jelas mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi. Para reporterlah yang akan menyampaikan suatu informasi kepada masyarakat, oleh karena itu berita yang diberikan harus sesuai dengan apa yang terjadi sebenarnya dilapangan.

Para reporter sering kali bekerja dibawah tekanan. Ini disebabkan mereka hanya mempunyai waktu sedikit untuk bisa mendapatkan berita, memahami inti masalah, meneyerahkan berita sampai dengan menampilkannya dimedia massa. Reporter tergolong pekerjaan yang rentan dengan depresi. Kesibukan yang padat ditambah dengan deadline yang ketat membuat reporter dekat dengan kondisi depresi. Mereka harus segera waspada kalau-kalau ada berita yang harus diliput. Selain itu profesi reporter memiliki sifat individualisme yang kuat, sehingga merka sering sulit bekerjasama dengan rekan-rekannya sebagai bagian dari tim. Reporter sering dipandang sebagai seorang karyawan yang bisa ”berjalan sendiri” dan hanya membutuhkan pengawasan minimal. Terkadang tidak jarang juga, reporter melanggar kode etik jurnalistik hanya semata-mata untuk kepentingan perusahaan atau kebutuhan material.

profesi reporter adalah the creator. Reporter merupakan pekerjaan yang penuh dengan imajinasi, aspirasi, dan inovatif. Biasanya individu dengan jenis archetype creator mempunyai saat dimana ide akan mengalir begitu saja, dan kreatifitas menjadi suatu hal yang tidak sulit, serta melakukan sesuatu sebagai bentuk dari ekspresi diri. Reporter harus bisa melihat suatu berita dari prespektif mana pun, sehingga selama proses itu ia mampu untuk menghasilkan sesuatu dengan kemampuan jurnalis yang dimilikinya. Profesi seorang reporter harus bisa kritis dalam melihat sesuatu, dan dapat dengan mudah menemukan masalah atau kekurangan untuk bisa dijadiakan berita yang berkualitas. Reporter akan menyukai dan menikmati cerita-cerita dimana ia dapat menceritakan kehidupan atau penemuaan akan sesuatu yang dikagumi. Profesi reporter adalah suatu pekerjaan dimana individunya harus berjiwa inovatif, memiliki kreatifitas tinggi, dan mampu menciptakan sesuatu untuk dirinya sendiri maupun orang lain.

Reporter surat kabar harus siap ditempatkan dimana saja, karena mereka adalah pemburu berita. Berita yang didapat oleh reporter harus sangat lengkap, sehingga para editor bisa menceritakan berita dengan sangat baik.

Wartawan harus berani mendapatkan berita di daerah konflik sekalipun, karena itu sudah tugas dia untuk mendapatkan berita, apalagi berita tentang konflik sangat perlu diketahui oleh masyarakat. Mereka juga harus bisa menjaga diri di daerah konflik tersebut, karena tidak semua orang bisa menerima adanya waratawan, sebagian orang mengaggap wartawan sebagai ancaman, karena bisa membuat orang tersebut terancam. Karena berita tentang orang tersebut akan menyebar luas.

Wartawan yang mencari berita di lapangan, reporter, adalah ujung tombak media. Di tangan reporterlah, sesungguhnya, bagus-tidaknya sebuah berita ditentukan; bukan oleh redaktur.

Inilah poin-poin penting yang menurutku seharusnya dipahami seorang reporter dalam menjalankan tugasnya.

1) Jangan pernah berbohong.

Ini yang paling utama. Nasib koran sesungguhnya berada di ujung pena reporter; baru kemudian redaktur. Ibaratnya: reporter adalah pemain bola yang bisa mencetak gol ke gawang lawan atau juga bikin gol bunuh diri, sementara redaktur adalah wasit.

Pengadilan menunggu kita setiap saat. Jangan karena diberi amplop atau berteman dekat dengan narasumber, anda menggelembungkan fakta 100 orang demo menjadi ribuan orang. Atau menulis “warga diduga dipersulit staf Camat bikin KTP” padahal sebenarnya anda tahu yang terjadi adalah “Camat minta Rp 100 ribu agar mau neken KTP”. Redaktur tidak akan tahu kebohongan seperti ini. Juga jangan pelesetkan ucapan narasumber.

Meskipun pers juga adalah lembaga bisnis — selain lembaga demokrasi — tidak berarti wartawannya legal melakukan trade-out [memberitakan iklan], apalagi sampai memutar-balikkan fakta. Pagar api [tanda yang memisahkan/ membedakan berita dan iklan] harus menjadi kesepakatan ruang redaksi dan perusahaan media.

Jujur dan mendengarkan hati nurani adalah jauh lebih utama daripada sekadar menguasai teknik jurnalistik. Fakta adalah suci. Jika anda terbiasa memerkosa fakta, segeralah beralih profesi.

Apabila warawan berbohong dalam menyampaikan beritanya, maka unsur fakta di dalam berita tersebut akan berkurang, dan kita sudah sangat membodohi para pembaca. Wartawan yang bohong dengan beritanya saya rasa dia telah diberi bayaran oleh narasumber, dan itu namanya bukan wartwan, melainkan penjahat.

2) Tentukan angle berita sejak masih meliput di lapangan.

Banyak wartawan berpikir bahwa sudut pandang berita baru perlu saat hendak menulis. Ini keliru.

3) Dalam wawancara jangan menjebak narasumber dengan “meminjam mulut”.

Biasakan memakai pertanyaan terbuka, sehingga jawaban bisa lebih beragam dan luas. Pertanyaan tertutup — yang hanya butuh jawaban ya atau tidak — baru efektif dipakai dalam liputan investigasi [saat data akurat sudah di tangan dan kita hanya ingin "menangkap tersangka".

4) Patuhi etika. Hargai off the record.

Ada kalanya anda sedang bergunjing di kedai kopi dan sumber-sumber melontarkan pernyataan menarik. Suatu hari anda mengingat obrolan itu lalu mengutipnya ke dalam berita. kita bisa digugat. Seharusnya kita menghubungi kembali narasumber dan meminta izin bagian-bagian mana dari ucapannya yang akan anda kutip. Jika dia tidak bersedia, kita pun harus berhenti menulis.

5) Catatlah suasana saat melakukan reportase dan wawancara. Hal-hal sepele membuat tulisan lebih manusiawi.

6) Arsipkan semua klipping berita dan bahan mentah berita anda. Selalu jelaskan ulang latar belakang sebuah masalah jika anda menulis berita lanjutannya. Redaktur dan pembaca tidak akan ingat apa yang anda tulis sepekan lalu.

7) Jangan hanya mengandalkan bahan siaran pers. Jangan hanya mendengar jika bisa menyaksikan langsung.

Seorang reporter atau wartawan harus mempunyai karakteristik tersendidri, jangan seperti para wartawan kebanyakan yang suka meniru wartawan lain. Karakter disini sangat cenderung pada gaya penulisan.

Memotret juga sangat penting bagi para wartawan, karena dengan gambar yang dihasilkanya bisa membuat berita jadi semakin menarik dan dapat diketahui pembaca bagaimana situasi di dalam berita tersebut.

jangan menginterogasi. Tugas wartawan sebatas memberitahu publik apa yang terjadi. Maka jangan memosisikan diri sebagai interogator, jaksa, atau hakim ketika mewawancarai narasumber. Apabila wartawan mengintograsi sangat dalam, maka nara sumber akan enggan untuk memberikan berita kepada kita. Sebaiknya wartawan harus lebih ramah kepada nara sumber.

Wartawan sangat haram untuk meminta bayaran kepada narasumber, karena bisa mengurangi unsur fakta berita. Apabila menerima bayaran otomatis, wartawan akan membicarakan kebaikanya saja, tidak ada keburukan. Tapi apabila bayaran itu tidak mempengaruhi unsur objek dari berita sebaiknya diterima saja, rezeki juga kan.

Untuk sekarang ini wartawan tidak boleh buta warna, karena sekarang ini banyak berita yang mengangkat berita seperti busana atau mode dan seni. Apabila buta warna maka berita yang disampaikan bisa salah, yang seharusnya bwarna biru dibilang warna hijau, hal tersebut bisa menyebabkan kurangnya unsur fakta didalam berita tersebut. Itu juga sudah membuat suatu kebodohan bagi wartawan.

Wartawan juga mempunyai badan pelindung hukum bagi mereka, jadi apabila mereka terlibat dalam kasus pemukulan, maka badan hukum tersebut akan angkat berbicara untk melindungi wartawan atau reporter tersebut. Wartawan juga mempunyai kartu pers khusus sehingga tidak semua orang bisa mendapatkan berita seperti wartawan yang bisa dimana saja untuk mendapatkan berita.

No comments: